Thursday, 31 January 2013

BAHASA


LINGUISTIK
Pengertian Linguistik
Kata linguistik (linguistics-Inggris) berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti bahasa. Dalam bahasa Perancis “langage-langue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan lain-lain.
Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan  AS Hornby membagi kata linguidtics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti “the study of language and languages”. Sedangkan linguistics sebagai kata benda, berarti “the science of language; methods of learning and studying languages”. Dengan demikian, linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.
Sementara Ramelan berpendapat bahwa:“Linguistics is the name of a science, just like economics, physics and mathematics. The term comes from the world ‘language’ which get suffix ‘ics’ to denote the name of science. Linguistics is a scientific study of language, or science about language Jadi, menurut Ramelan linguistik tidak lain adalah suatu studi tentang bahasa atau ilmu bahasa.
Sedangkan Ronald W Langacker (1973) berpendapat bahwa linguistics is the study of human language. Dari pendapat Langacker ini dapat kita simpulkan bahwa hanya bahasa manusia lah yang menjadi objek kajian linguistik, sementara “bahasa hewan atau animal language tidak termasuk wilayah kajian linguistik.
Dalam literatur berbahasa Arab istilah fiqh al-lughoh   dan ilm lughoh sering digunakan untuk menyebut  ilmu linguistik ini. Namun demikian antara fiqh al-lughoh dan ilmu al-lughoh sering dibedakan pengertiannya. Emil Ya’qub menjelaskan perbedaan kedua istilah tersebut berikut ini.
“Ditinjau dari segi pendekatannya, fiqh al-lughoh mempelajari bahasa disebabkan  karena  fungsi bahasa sebagai media/pengantar untuk mempelajari kebudayaan atau peradaban suatu bangsa. Sedangkan ilmu al-lughoh mempelajari bahasa karena bahasa itu sendiri bukan karena fungsinya sebagai penjelas sutau peradaban. Dengan demikian dalam fiqh al-lughoh bahasa dipelajari sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu mempelajari peradaban, sementara dalam ilmu al-lughoh bahasa dipelajari sebagai tujuan atau sebagaimana diungkapkan oleh De Saussure objek sesungguhnya dan satu-satunya dari ilmu al-lughoh adalah bahasa itu sendiri.
Cakupan kajian fiqh al-lughoh  lebih luas dan menyeluruh karena tujuan akhir fiqh al-lughoh ini adalah mempelajari budaya dan peradaban serta kehidupan pemikiran dari berbagai aspeknya. Oleh karena itu, mereka yang menekuni bidang ini (fuqoha al-lughoh) sering melakukan pengklasifikasian dan pembandingan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, penelusuran teks-teks klasik dan lain-lain dalam rangka mengetahui nilai-nilai kultural terkandung di dalamnya. Dengan kata lain fiqh al-lughoh  bisa dianggap sebagai “tempat berpijak” bagi ilmu al-lughoh di satu sisi dan ilmu-ilmu budaya dan humaniora pada sisi yang lain. Berbeda dengan ilmu al-lughoh yang hanya memfokuskan dirinya  pada penganalisisan struktur bahasa dan mendiskripsikannya, sehingga jika ada yang  melebihi kedua hal tersebut, berarti telah mendekati bidang cakupan fiqh al-lughoh.
Fiqh al-lughoh kalaupun mempelajari bahasa, pendekatannya lebih bersifat historis-komparatif (historical comparative), sedangkan Ilmu al-lughoh lebih bersifat deskriptif-struktural”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah bahasa Arab  yang paling pas untuk menyebut ilmu linguistik adalah “ilmu al-lughoh”.  Sedangkan fiqh al-lughoh sering digunakan untuk menyebut istilah philologi yakni ilmu yang mempelajari naskah-naskah klasik ditinjau dari segi keautentikannya maupun dari segi isi dan kandungannya.

OBJEK LINGUISTIK

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa objek kajian linguistik tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia; bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.[1]
Sementara itu, Ferdinand De Saussure (1857-1913), -seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern- menegaskan bahwa objek linguistik mencakup “langage, langue dan parole”. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan. Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi baik langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun demikian, parole merupakan objek kongkrit linguistik, langue merupakan objek yang sudah lebih abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak.[2]
Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan bahasa sebagai objek kajiannya, antara lain:
  1. Ilmu tentang bahasa atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure linguistik atau linguistik murni.
  2. Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh/kial/ body language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Paralinguistik adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil, bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya.
  3. Ilmu-ilmu yang salah satu dasarnya adalah bahasa. Contohnya adalah fonetik, etnolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik. Fonetik mempelajari salah satu unsur bahasa yaitu bunyi bahasa sebagai objek kajian utamanya. Etnolinguistik atau antropolinguistik adalah ilmu yang meneliti seluk beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola kebudayaan dalam masyarakat tertentu atau ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa dan kebudayaan pada umumnya. Psikolinguistik  mempelajari seluk beluk aneka pemakaian bahasa dengan perilaku akal budi manusia atau ilmu yang mempelajari bahasa sebagai akibat latar belakang kejiwaan penutur bahasa. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk pemakaian bahasa dengan perilaku sosial, atau ilmu yang mmpelajari hubungan antara aspek sosila dengan kegiatan berbahasa.
  4. Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain.
  5. Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lain-lain.

Dari kelima jenis ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor (1) saja yang bisa disebut sebagai ilmu linguistik yang murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan objek keempat ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari[3]. Bahasa yang menjadi objek linguistik dipelajari dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek bunyi, morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna. Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik. Dungan demikian, dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.


[1] JWM Verhaar, Pengantar Lingguistik (Yogyakarta: UGM Press, 1985) hal. 3.
[2] Lihat Mansoer Pateda, Op.cit, hal 35, Verhaar, Op.Cit  hal. 3.
[3] Sudaryanto, Linguistik; Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya dan Hasil Kajiannya,(Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996) hal. 6-7.

0 komentar:

Post a Comment

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut

KOTAK SARAN

Name

Email *

Message *