LINGUISTIK
Pengertian
Linguistik
Kata linguistik (linguistics-Inggris)
berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti bahasa. Dalam bahasa
Perancis “langage-langue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua”
dan Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam linguistics berfungsi
untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa,
sebagaimana istilah economics, physics dan lain-lain.
Menurut
Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda,
“linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby membagi kata linguidtics ke
dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai
kata sifat berarti “the study of language and languages”. Sedangkan linguistics
sebagai kata benda, berarti “the science of language; methods of
learning and studying languages”. Dengan demikian, linguistik menurut AS
Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.
Sementara
Ramelan berpendapat bahwa:“Linguistics is the name of a science, just like
economics, physics and mathematics. The term comes from the world ‘language’
which get suffix ‘ics’ to denote the name of science. Linguistics is a
scientific study of language, or science about language Jadi, menurut Ramelan linguistik tidak lain adalah suatu studi
tentang bahasa atau ilmu bahasa.
Sedangkan
Ronald W Langacker (1973) berpendapat bahwa linguistics is the study
of human language. Dari pendapat Langacker ini dapat kita simpulkan bahwa
hanya bahasa manusia lah yang menjadi objek kajian linguistik, sementara
“bahasa hewan atau animal language tidak termasuk wilayah kajian
linguistik.
Dalam literatur
berbahasa Arab istilah fiqh al-lughoh
dan ilm lughoh sering digunakan untuk menyebut ilmu linguistik ini. Namun demikian antara fiqh
al-lughoh dan ilmu al-lughoh sering dibedakan pengertiannya. Emil
Ya’qub menjelaskan perbedaan kedua istilah tersebut berikut ini.
“Ditinjau dari segi pendekatannya, fiqh
al-lughoh mempelajari bahasa disebabkan
karena fungsi bahasa sebagai
media/pengantar untuk mempelajari kebudayaan atau peradaban suatu bangsa.
Sedangkan ilmu al-lughoh mempelajari bahasa karena bahasa itu sendiri
bukan karena fungsinya sebagai penjelas sutau peradaban. Dengan demikian dalam fiqh
al-lughoh bahasa dipelajari sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih
besar yaitu mempelajari peradaban, sementara dalam ilmu al-lughoh bahasa
dipelajari sebagai tujuan atau sebagaimana diungkapkan oleh De Saussure objek
sesungguhnya dan satu-satunya dari ilmu al-lughoh adalah bahasa itu
sendiri.
Cakupan kajian fiqh al-lughoh lebih luas dan menyeluruh karena tujuan akhir fiqh
al-lughoh ini adalah mempelajari budaya dan peradaban serta kehidupan
pemikiran dari berbagai aspeknya. Oleh karena itu, mereka yang menekuni bidang
ini (fuqoha al-lughoh) sering melakukan pengklasifikasian dan pembandingan
bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, penelusuran teks-teks klasik dan
lain-lain dalam rangka mengetahui nilai-nilai kultural terkandung di dalamnya.
Dengan kata lain fiqh al-lughoh bisa dianggap sebagai “tempat berpijak” bagi ilmu
al-lughoh di satu sisi dan ilmu-ilmu budaya dan humaniora pada sisi yang
lain. Berbeda dengan ilmu al-lughoh yang hanya memfokuskan dirinya pada penganalisisan struktur bahasa dan
mendiskripsikannya, sehingga jika ada yang
melebihi kedua hal tersebut, berarti telah mendekati bidang cakupan fiqh
al-lughoh.
Fiqh al-lughoh kalaupun
mempelajari bahasa, pendekatannya lebih bersifat historis-komparatif
(historical comparative), sedangkan Ilmu al-lughoh lebih bersifat
deskriptif-struktural”.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah bahasa Arab yang paling pas untuk menyebut ilmu
linguistik adalah “ilmu al-lughoh”.
Sedangkan fiqh al-lughoh sering digunakan untuk menyebut istilah
philologi yakni ilmu yang mempelajari naskah-naskah klasik ditinjau dari segi
keautentikannya maupun dari segi isi dan kandungannya.
OBJEK LINGUISTIK
Sebagaimana
telah disinggung di atas, bahwa objek kajian linguistik tidak lain adalah
bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang
menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia; bahasa yang
dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau
dalam bahasa Inggris disebut dengan an ordinary language atau a
natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek
primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek
sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan”
bahasa lisan.[1]
Sementara itu, Ferdinand De Saussure (1857-1913),
-seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak
linguistik modern- menegaskan bahwa objek linguistik mencakup “langage, langue
dan parole”. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah
bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris; language)
berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia
dan lain-lain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan
atau tuturan. Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi
baik langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun demikian,
parole merupakan objek kongkrit linguistik, langue merupakan
objek yang sudah lebih abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang
paling abstrak.[2]
Sebenarnya
ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan bahasa sebagai objek kajiannya,
antara lain:
- Ilmu
tentang bahasa atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal
ini bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure
linguistik atau linguistik murni.
- Ilmu-ilmu
tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti
metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah
kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh/kial/
body language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain.
Paralinguistik adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada
aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi pengucapan bahasa, seperti
desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil, bentuk-bentuk tegun seperti
ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya.
- Ilmu-ilmu
yang salah satu dasarnya adalah bahasa. Contohnya adalah fonetik,
etnolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik. Fonetik mempelajari
salah satu unsur bahasa yaitu bunyi bahasa sebagai objek kajian utamanya.
Etnolinguistik atau antropolinguistik adalah ilmu yang meneliti seluk
beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola kebudayaan dalam
masyarakat tertentu atau ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bahasa,
penggunaan bahasa dan kebudayaan pada umumnya. Psikolinguistik mempelajari seluk beluk aneka pemakaian
bahasa dengan perilaku akal budi manusia atau ilmu yang mempelajari bahasa
sebagai akibat latar belakang kejiwaan penutur bahasa. Sosiolinguistik adalah
ilmu yang mempelajari seluk beluk pemakaian bahasa dengan perilaku sosial,
atau ilmu yang mmpelajari hubungan antara aspek sosila dengan kegiatan
berbahasa.
- Ilmu
tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni
ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan
bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode
linguistik dan lain-lain.
- Ilmu-ilmu
mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang
mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi
tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke
dua puluh dan lain-lain.
Dari kelima jenis
ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor (1) saja yang bisa disebut sebagai ilmu
linguistik yang murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan
objek keempat ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari[3].
Bahasa yang menjadi objek linguistik dipelajari dari berbagai aspeknya atau
tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek bunyi, morfem dan kata, frase dan
kalimat serta aspek makna. Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi
bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi.
Tataran frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa
dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik. Dungan demikian, dapat
disimpulkan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri
dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
0 komentar:
Post a Comment