A.A. Navis dilahirkan Padangpanjang, Sumatera Barat,
17 November 1924. “Robohnya Surau Kami” dan sejumlah cerita pendek lain
penerima Hadiah Seni dari Departemen P dan K pada 1988 ini, telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Jerman, dan Malaysia. Cerpen
pemenang hadiah kedua majalah Kisah di tahun 1955 itu diterbitkan pula
dalam kumpulan Robohnya Surau Kami (1956). Karyanya yang lain: Bianglala
(1963), Hujan Panas (1964; Hujan Panas dan Kabut Musim, 1990), Kemarau
(1967), Saraswati, si Gadis dalam Sunyi (1970; novel ini memperoleh
penghargaan Sayembara Mengarang UNESCO/IKAPI 1968), Dermaga dengan Empat
Sekoci (1975), Di Lintasan Mendung (1983), Alam Terkembang Jadi
Guru (1984), Jodoh (1998).
Abdul Hadi WM dilahirkan di Sumenep, Madura, 24 Juni
1946. Antara 1967-83 pernah menjadi redaktur Gema Mahasiswa, Mahasiswa
Indonesia, Budaya Jaya, Berita Buana, dan penerbit Balai Pustaka. Pada
1973-74 mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika
Serikat. Karya-karyanya: Riwayat (1967) Laut Belum Pasang (1971),
Cermin (1975), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975),
Meditasi (1976; meraih hadiah Buku Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta
1976-77), Tergantung Pada Angin (1977), Anak Laut Anak Angin (1983;
mengantarnya menerima penghargaan SEA Write Award 1985). Sejumlah sajaknya
diterjemahkan Harry Aveling dan disertakan dalam antologi Arjuna in
Meditation (1976). Karya-karya terjemahannya: Faus (Goethe), Rumi:
Sufi dan Penyair (1985), Pesan dari Timur (1985; Mohammad Iqbal), Iqbal:
Pemikir Sosial Islam dan Sajak-sajaknya (1986; bersama Djohan Effendi), Kumpulan
Sajak Iqbal: Pesan kepada Bangsa-bangsa Timur (1985), Kehancuran dan
Kebangunan: Kumpulan Puisi Jepang (1987). Kumpulan esainya, Kembali ke
Akar Kembali ke Sumber diluncurkan pada 1999, dua puluh tahun setelah ia
menerima Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Abdul Muis dilahirkan di Solok, Sumatera Barat, 1886,
dan meninggal di Bandung, 17 Juli 1959. Menulis novel Salah Asuhan
(1928), Pertemuan Jodoh (1933), Surapati (1950), Robert Anak
Surapati (1953), dan menerjemahkan antara lain: Don Quixote de la Mancha
(1928; Carventes), Tom Sawyer Anak Amerika (1928; Mark Twain); Sebatang
Kara (1932; Hector Malot), Tanah Airku (1950; C. Swann Koopman).
Abrar Yusra dilahirkan di Agam, Sumatera Barat, 26
Maret 1943. Karya-karya mantan redaktur pelaksana harian Singgalang yang
kini banyak menulis buku biografi ini, antara lain: Ke Rumah-rumah Kekasih
(1975), Siul (1975), Aku Menyusuri Sungai Waktu (1976), Amir
Hamzah 1911-1946 sebagai Manusia dan Penyair (1996).
Achdiat K. Mihardja dilahirkan di Garut, Jawa Barat, 6 Maret
1911. Sebelum menjadi dosen Universitas Nasional Australia dari 1961 hingga
pensiun, ia pernah bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka,
Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra
Indonesia. Karyanya antara lain: Polemik Kebudayaan (1948; [ed].), drama
Bentrokan dalam Asmara (1952), Pak Dullah in Extremis (1977), dan
novel Debu Cinta Bertebaran (1973) serta Atheis (1949). Yang
terakhir ini adalah karyanya yang paling terkenal dan memperoleh Hadiah Tahunan
Pemerintah RI pada 1969. Tiga tahun kemudian novel tersebut diterjemahkan R.J.
Maguire ke dalam bahasa Inggris.
Ahmad Tohari dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 13
Juni 1948. Pernah bekerja sebagai redaktur majalah Keluarga dan Amanah.
Karya-karyanya: Kubah (1980; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama
1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari
(1985), Jantera Bianglala (1986; meraih hadiah Yayasan Buku Utama 1986),
Di Kaki Bukit Cibalak (1986; pemenang salah satu hadiah Sayembara
Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979), Senyum Karyamin (1989), Bekisar
Merah (1993), Kiai Sadrun Gugat (1995), Lingkar Tanah Lingkar Air
(1995), Nyanyian Malam (2000). Novelis yang karya-karyanya telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini adalah salah seorang alumnus
International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pada
1985 dianugerahi SEA Write Award.
Ajip Rosidi dilahirkan di Jatiwangi, Jawa Barat, 31
Januari 1938. Karya-karya Profesor Gaidai University of Foreign Studies Jepang
ini antara lain: Tahun-tahun Kematian (1955), Pesta (1956;
bersama Sobron Aidit dan S.M. Ardan), Di Tengah Keluarga (1956), Sebuah
Rumah Buat Hari Tua (1957; meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN), Perjalanan
Penganten (1958), Surat Cinta Enday Rasidin (1960), Jeram
(1970), Jakarta dalam Puisi Indonesia (1972; [ed.]), Laut Biru Langit
Biru (1977; [ed.]), Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut kepada Allah
Swt. (1986; [ed.]), Nama dan Makna (1988), Terkenang Topeng
Cirebon (1992), Sastra dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan
(1995). Bersama Matsuoka Kunio, ia juga menerjemahkan novel-novel Kawabata
Yasunari Penari-penari Jepang (1985; Izu no odoriko) dan Daerah
Salju (1987; Yukiguni).
Akhudiat dilahirkan di Banyuwangi, Jawa Timur, 5
Mei 1946. Peserta International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat,
pada 1975. Sejumlah naskah dramanya memenangkan Sayembara Penulisan Naskah
Sandiwara Dewan Kesenian Jakarta. Karya-karyanya antara lain: Gerbong-gerbong
Tua Pasar Senen (1971), Grafito (1972), Rumah Tak Beratap Rumah
Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Jauh (1974), Jaka Tarub
(1974), Bui (1975), Re (1977), Suminten dan Kang Lajim
(1982), dan Memo Putih (2000).
Ali Hasjmy dilahirkan Seulimeum, Aceh, 28 Maret
1914, dan meninggal di Banda Aceh, 18 Januari 1998. Pernah menjabat Gubernur
Aceh dan Rektor IAIN Jami`ah Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Tulisan-tulisannya berupa puisi dan novel. Karya-karyanya antara lain: Kisah
Seorang Pengembara (1936), Sayap Terkulai (1936), Bermandi Cahaya
Bulan (1938), Melalui Jalan Raya Dunia (1939), Suara Azan dan
Lonceng Gereja (1948), Dewan Sajak (1940), Dewi Fajar (1940),
Jalan Kembali (1964), Tanah Merah (1980).
Amir Hamzah dilahirkan di Tanjungpura, Sumatera Utara,
28 Februari 1911 dan meninggal di Kuala Begumit, di provinsi yang sama, 20
Maret 1946, sebagai korban dari suatu “revolusi sosial”. Ia merupakan pendiri
majalah Pujangga Baru (1933) bersama-sama Sutan Takdir Alisjahbana dan
Armijn Pane. Dua kumpulan puisinya, Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah
Rindu (1941) tak henti-henti menjadi bahan pembicaraan dan kajian para
kritikus sastra di dalam dan luar negeri serta diajarkan di sekolah-sekolah
hingga saat ini. Selain itu ia pun melahirkan karya-karya terjemahan: Setanggi
Timur (1939), Bagawat Gita (1933), Syirul Asyar (tt.).
Arifin C. Noer dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 10
Maret 1941, dan meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995. Pendiri Teater Kecil ini
menulis puisi, drama, dan menyutradarai sejumlah film. Karya-karyanya anatara
lain: Nurul Aini (1963), Mega-mega (1967), Kapai-kapai (1967;
diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris), Prita Istri Kita,
Umang-umang, Selamat Pagi Jajang (1979).
Armijn Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera
Utara, 18 Agustus 1908, dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970. Antara
1933-55 pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Balai Pustaka,
dan majalah Indonesia. Novelnya, Belenggu (1940), hingga saat ini
dipandang sebagai peretas penulisan novel Indonesia modern. Karya-karyanya yang
lain: Jiwa Berjiwa (1939), Kort overzicht van de Moderne Indonesische
Literatuur (1949), Kisah Antara Manusia (1953), Jinak-jinak
Merpati (1953), Gamelan Jiwa (1960), Tiongkok Zaman Baru,
Sejarahnya: Abad ke-19 Sekarang (1953). Ia pun menerjemahkan dan menyadur
novel dan drama, yaitu: Membangun Hari Kedua (1956; Ilya Ehtenburg) dan Ratna
(1943; Hendrik Ibsen).
Asrul Sani dilahirkan di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni
1926. Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia (1955) ini
pernah menjadi redaktur Pujangga Baru, Gema Suasana, Gelanggang, dan Citra
Film. Karya-karya aslinya adalah: Tiga Menguak Takdir (1950; bersama
Chairil Anwar dan Rivai Apin), Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat (1972),
Mantera (1975), Mahkamah (1988). Selain banyak menulis skenario
dan menyutradarai film, ia dikenal sebagai penerjemah andal dan produktif.
Karya-karya terjemahannya, antara lain: Laut Membisu (1949; Vercors), Pangeran
Muda (1952; Antoine de Saint Exupery), Enam Pelajaran bagi Calon Aktor
(1960; Richard Bolslavsky), Rumah Perawan (1977; Kawabata Yasunari), Villa
des Roses (Willem Elschot), Puteri Pulau (1977; Maria Dermout), Kuil
Kencana (1978; Yukio Mishima), Pintu Tertutup (1979; Jean Paul
Sartre), Julius Caesar (1979; William Shakespeare), Sang Anak
(1979; Rabindranath Tagore); Catatan dari Bawah Tanah (1979;
Dostoyevsky), Keindahan dan Kepiluan (1986; Nikolai Gogol).
BM Syamsuddin dilahirkan di Natuna, Kepulauan Riau, 10
Mei 1935, dan meningal di Bukitttingi, 20 Februari 1997. Karya-karyanya berupa
puisi dan cerpen dimuat di antaranya di Kompas dan Suara Karya Minggu.
Selain sejumlah buku cerita anak, ia menulis antara lain: Seni Lakon Mendu
Tradisi Pemanggungan dan Nilai Lestari (1995) dan Seni Teater
Tradisional Mak Yong.
Budi Darma dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, 25
April 1937. Meraih M.A. dan Ph.D di Indiana University, Bloomington, Amerika
Serikat. Novelis yang pernah menjadi Rektor IKIP Surabaya ini meraih SEA Write
Award pada 1984. Karya-karyanya: Orang-orang Bloomington (1980), Solilokui
(1983), Olenka (1983; pemenang pertama Sayembara Mengarang Roman
Dewan Kesenian Jakarta 1980 dan Hadiah Sastra DKJ 1983), Sejumlah Esai
Sastra (1984), Rafilus (1988), Harmonium (1995), Ny Talis (1996).
Sebuah cerpennya, “Derabat”, terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1999
dan dipublikasikan pada buku berjudul sama.
Bur Rasuanto dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan,
6 April 1937. Karya-karya salah seorang penanda tangan utama Manifes Kebudayaan
dan doktor dalam bidang filsafat ini adalah: Bumi yang Berpeluh (1963), Mereka
Akan Bangkit (1963; meraih Hadiah Sastra Yamin, namun ditolak
pengarangnya), Mereka Telah Bangkit (1966), Sang Ayah (1969), Manusia
Tanah Air (1969), Tuyet (1978; mendapat hadiah utama Yayasan Buku
Utama Departemen P & K 1978).
BY Tand dilahirkan di Asahan, Sumatera Utara, 10
Agustus 1942. Karya-karyanya: Ketika Matahari Tertidur (1979), Sajak-sajak
Diam (1983), Sketsa (1984; memenangkan Hadiah Utama Hadiah Puisi
Putra II Malaysia), Alif Ba Ta (t.t.), Khatulistiwa (1981), Titian
Laut I, II, III (1982; terbit di Malaysia), Si Hitam (1990), dan
antologi Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (Suratman Markasan [ed.]).
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 26
Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Bersama Asrul Sani dan
Rivai Apin, sastrawan yang oleh H.B. Jassin dinobatkan sebagai Pelopor angkatan
45 dalam puisi itu, mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946).
Kumpulan puisi penyair yang pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat
“Gelanggang” dan Gema Suasana ini adalah Kerikil Tajam dan yang
Terampas dan yang Putus (1949), Deru Campur Debu (1949), Tiga
Menguak Takdir (1950; bersama Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini
Binatang Jalang (1986), Derai-derai Cemara (1998). Karya-karya
terjemahannya: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948; Andre Gide), Kena
Gempur (1951; John Steinbeck). Penerjemahan karya-karyanya ke dalam bahasa
Inggris dan Jerman dilakukan Burton Raffel, Chairil Anwar: Selected
Poems (New York: 1963) dan The Complete Poetry and Prose of
Chairil Anwar (New York: 1970), Liaw Yock-Fang (Singapura: 1974), Walter
Karwath, Feur und Asche (Wina: 1978). Karya-karya studi tentang Chairil
Anwar antara lain dilakukan oleh: S.U.S. Nababan, A Linguistic
Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar (New York:
1976), Boen S. Oemarjati, Chairil Anwar: the Poet and His Language (Den
Haag: 1972).
Chairul Harun dilahirkan Kayutanam, Sumatera Barat,
Agustus 1940, dan meninggal di Padang, 19 Februari 1998. Karya-karyanya antara
lain: Monumen Safari (1966) dan Warisan (1979; novel penerima
hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1979)
D. Zawawi Imron dilahirkan di Sumenep, Madura, 1946.
Karya-karya penyair yang meraih Hadiah Utama dalam lomba penulisan puisi
AN-Teve pada 1995 ini, antara lain: Semerbak Mayang (1977), Madura
Akulah Lautmu (1978), Celurit Emas (1980), Bulan Tertusuk Ilalang
(1982), Nenek Moyangku Airmata (1985; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama
Departemen P & K, 1985), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Lautmu
Tak Habis Gelombang (1996), Madura Akulah Darahmu (1999).
Damiri Mahmud dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 1945.
Karya-karyanya: Tiga Muda (1980), Aku Senantiasa Mencari (1982), Sajak-sajak
Kamar (1983), Kuala (1975), Puisi (1977), Rantau (1984).
Puisi-puisinya dimuat pula di Horison, Basis, Republika, dan lain-lain.
Danarto dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni
1940. Karya-karya penerima SEA Write Award 1988 ini adalah: Godlob
(1975), Adam Ma`rifat (1982; meraih Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta
dan Yayasan Buku Utama pada tahun yang sama), Berhala (1987;
memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1987), Orang Jawa
Naik Haji (1984), Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek (1976), Bel
Geduwel Beh (1976), Gergasi (1993), Gerak-gerak Allah (1996),
dan Asmaraloka (1999).
Darman Moenir dilahirkan di Batusangkar, Sumatera
Barat, 27 Juli 1952. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa
University, Amerika Serikat, pada 1988, dan empat tahun kemudian menerima
Hadiah Sastra dari Pemerintah RI. Karya-karyanya antara lain: Gumam (1976),
Bako (1983; novel pemenang hadiah utama Sayembara Mengarang Roman Dewan
Kesenian Jakarta 1980), Aku Keluargaku Tetanggaku (pemenenang kedua
Sayembara Novel Kartini 1987), Jelaga Pusaka Tinggi (1997).
Karyanya yang lain dapat ditemukan pula dalam antologi Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991; Suratman Markasan [ed.]).
Darmanto Jatman dilahirkan dilahirkan di Jakarta, 16
Agustus 1942. Karya-karyanya antara lain: Sajak-sajak Putih (1968), Ungu
(1968; bersama A. Makmur Makka), Bangsat (1974), Sang Darmanto
(1975), Ki Blakasuta Bla Bla (1980), Karto Iya Bilang Mboten (1981),
Sastra, Psikologi, dan Masyarakat (1985), Sekitar Masalah Kebudayaan
(1986), Golf untuk Rakyat (1994), Istri (1997). Sejumlah
sajaknya, bersama sejumlah sajak penyair lain seperti Abdul Hadi WM dan
Sutardji Calzoum Bachri, diterjemahkan Harry Aveling dan dipublikasikan dalam Arjuna
in Meditation (1976).
Djamil Suherman dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, 24
April 1924, dan meninggal di Bandung, 30 November 1985. Karya-karyanya berupa
puisi, novel dan cerita pendek: Muara (1958; bersama Kaswanda Saleh), Manifestasi
(1963), Perjalanan ke Akhirat (1963; memenangkan hadiah kedua Majalah Sastra
1962), Umi Kulsum (1983), Pejuang-pejuang Kali Pepe (1984), Sarip
Tambakoso (1985), Sakerah (1985).
Ediruslan Pe Amanriza dilahirkan di Pekanbaru, Riau, 17 Agustus
1947. Kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung tidak ia
selesaikan. Kumpulan puisinya: Surat-suratku kepada GN, Vogabon, Bukit
Kawin, Wangkang. Sementara novel-novelnya: Di Bawah Matahari, Taman,
Jakarta di Manakah Sri, Nakhoda (mendapat Hadiah Sayembara mengarang Roman
DKJ 1977), Panggil Aku Sakai (1987) Ke Langit (1993), Koyan,
Jembatan, Dikalahkan Sang Sapurba (2000). Kumpulan cerita pendeknya: Renungkanlah
Markasan (1997).
Frans Nadjira dilahirkan di Makassar, 3 September 1942.
Sastrawan yang juga pelukis ini pada 1979 mengikuti Iowa International Writing
Program, di Iowa City, Amerika Serikat. Puisi dan cerpennya tersebar di
berbagai media publikasi, antara lain di Horison, Sinar Harapan, Bali Post,
AIA News (Australia), termasuk di beberapa antologi bersama Laut Biru
Langit Biru, Puisi Asean, Tonggak, The Spirit That Moves Us (USA), On
Foreign Shores, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning, dan Ketika Kata Ketika
Warna. Kumpulan puisinya: Jendela dan Springs of Fire Springs of
Tears, dan kumpulan cerpennya Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun.
Gerson Poyk dilahirkan di Pulau Rote, Nusa Tenggara
Timur, 16 Juni 1931. Peserta angkatan pertama dari Indonesia pada International
Writing Program di Iowa University Amerika Serikat ini, memenangkan Hadiah
Adinegoro pada 1985 dan 1986, dan SEA Write Award pada 1989. Novel dan
kumpulan cerita pendeknya, antara lain: Hari-hari Pertama (1968), Sang
Guru (1971), Matias Ankari (1975), Oleng-kemoleng &
Surat-surat Cinta Rajaguguk (1975), Nostalgia Nusatenggara (1976), Jerat
(1978), Cumbuan Sabana (1979), Seutas Benang Cinta (1982), Giring-giring
(1982), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requiem untuk Seorang
Perempuan (1983), Anak Karang (1985), Doa Perkabungan (1987),
Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (1988), Poti Wolo (1988).
Goenawan Mohamad dilahirkan di Batang, Jawa Tengah, 29 Juli
1941. Pemimpin redaksi majalah Tempo selama 23 tahun yang juga mantan
wartawan harian Kami ini dikenal luas sebagai penyair dan penulis esai
yang sangat cerdas. Karya-karyanya antara lain: Pariksit (1971), Potret
Penyair Muda sebagai Si Malin Kundang (1972), Interlude (1973), Seks,
Sastra, Kita (1980), Catatan Pinggir (1982-91; empat jilid), Asmaradana
(1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998). Salah seorang penanda
tangan Manifes Kebudayaan ini, pada 1973 mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah
RI, dan delapan tahun kemudian meraih SEA Write Award.
Hamid Jabbar dilahirkan di Kotagadang, Sumatera Barat,
27 Juli 1949. Karya-karya penyair yang pernah menjadi wartawan Indonesia
Express, Singgalang, dan redaktur Balai Pustaka ini antara lain: Paco-Paco
(1974), Dua Warna (1975; bersama Upita Agustine), Wajah Kita (1981),
Siapa Mau Jadi Raja, Raja Berak Menangis, Zikrullah. Cerpennya,
“Engku Datuk Yth. Di Jakarta” terpilih masuk ke dalam antologi Cerita Pendek
Indonesia IV (1986; Satyagraha Hoerip [ed.]). Kumpulan puisinya terakhir: Super
Hilang, Segerobak Sajak (1998; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama).
HAMKA dilahirkan di Maninjau, Sumatera Barat, 16
Februari 1908, dan meningal di Jakarta, 24 Juli 1981. Pernah memimpin majalah Pedoman
Masyarakat, Gema Islam, Panji Masyarakat, dan hingga akhir hayatnya
menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia. Karya-karya peraih gelar doktor
kehormatan dari Universitas Al-Azhar (Mesir) ini antara lain: Di Bawah
Lindungan Ka`bah (1938), Merantau ke Deli (1938), Karena Fitnah
(1938), Tuan Direktur (1939), Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
(1939), Keadilan Ilahi (1941), Di Dalam Lembah Kehidupan (1941), Dijemput
Mamaknya (1949), Menunggu Beduk Berbunyi (1950), Kenang-kenangan
Hidup I-IV (1951-52), Lembah Nikmat (1959), Cemburu (1961), Cermin
Penghidupan (1962), Ayahku (1967), dan sejumlah buku filsafat,
etika, dan khotbah.
Hamsad Rangkuti dilahirkan di Titikuning, Sumatera Utara,
7 Mei 1943. Sastrawan yang hampir setiap tahun karyanya selalu masuk dalam
kumpulan cerita pendek terbaik Kompas ini, hingga sekarang menjabat
pemimpin redaksi majalah sastra Horison. Karya-karyanya: Lukisan
Perkawinan (1982), Cemara (1982), Lampu Merah (1988; novel
yang memenangkan hadiah harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980), Kereta
Pagi Jam 5 (1994), dan Sampah Bulan Desember (2000).
Hartoyo Andangjaya dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 4 Juli
1930, dan meninggal di kota kelahirannya, 30 Agustus 1991. Karya-karya aslinya:
Simphoni Puisi (1954; bersama D.S. Moeljanto), Manifestasi (1963;
bersama Goenawan Mohamad, et. al.), Buku Puisi (1973), Dari
Sunyi ke Bunyi (1991; kumpulan esai peraih hadiah Yayasan Buku Utama
Depdikbud 1993). Karya-karya terjemahannya: Tukang Kebun (1976;
Rabindranath Tagore), Kubur Terhormat bagi Pelaut (1977; Slauerhoff), Rahasia
Hati (1978; Natsume Soseki), Musyawarah Burung (1983; Farid al-Din
Attar), Puisi Arab Modern (1984), Kasidah Cinta (tt.; Jalal
al-Din Rumi).
HS Djurtatap dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat,
2 Juni 1947. Sejak 1974 menjadi redaktur harian Pelita Jakarta.
Karya-karyanya dimuat antara lain di Horison. Dua sajaknya dimuat dalam
antologi Sajak-sajak Perjuangan dan Tanah Air (1995; Oyon Sofyan [ed.]).
Husni Djamaluddin dilahirkan di Mandar, Sulawesi Selatan, 10
November 1934. Karya-karyanya: Puisi Akhir Tahun (1969), Obsesi (1970),
Kau dan Aku (1973), Anu (1974), Toraja (1979), Sajak-sajak
dari Makassar (1974), Bulan Luka Parah (1986), Berenang-renang ke
Tepian, dan antologi Puisi ASEAN Buku III (1978).
Ibrahim Sattah dilahirkan di Pulau Tujuh, Riau Kepulauan,
1943, dan meninggal di Pekanbaru, 19 Januari 1988. Karya-karya penyair
berpendidikan terakhir kelas 1 SMA dan pernah menjadi dosen Universitas Islam
Riau serta Wakil Kepala Pusat Penerangan Angkatan Bersenjata RI Riau/Sumatera
Barat itu terkumpul dalam: Dandandid (1975), Ibrahim (1980), dan Hai
Ti (1981).
Idrus dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 21
September 1921, dan meninggal di kota yang sama, 18 Mei 1979. Tahun 1965–79,
mengajar di Universitas Monash, Australia. Penutur fasih yang pernah menjadi
redaktur majalah Kisah dan Indonesia ini dikenal sebagai pelopor
penulisan prosa dalam kesusastraan Indonesia modern. Karya-karya drama, cerita
pendek, novel dan terjemahannya adalah: Dokter Bisma (1945); Kejahatan
Membalas Dendam (1945), Jibaku Aceh (1945), Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma (1948), Keluarga Surono (1948), Aki
(1949), Perempuan dan Kebangsaan (1949), Dua Episode Masa Kecil (1952),
Dengan Mata Terbuka (1961), Hati Nurani Manusia (1963), Hikayat
Puteri Penelope (1973), Kereta Api Baja (1948; Vsevold Ivanov), Acoka
(1948; G. Gonggrijp), Keju (1948; Willem Elschot), Perkenalan
(1949; Anton Chekov, Luigi Pirandello, Guy de Maupassant, dan Jeroslav Hasek).
Idrus Tintin dilahirkan di Rengat, Riau, 10 November
1932. Ia pernah menjadi guru di SMAN II Pekanbaru dan mengasuh Sanggar Teater
Bahana. Tiga kumpulan puisinya: Luput, Burung Waktu, dan Nyanyian di
Lautan, Tarian di Tengah Hutan dikumpulkan kembali dalam Idrus Tintin:
Seniman dari Riau Kumpulan Puisi dan Telaah (1996).
Ike Soepomo dilahirkan di Serang, Banten, 28 Agustus
1946. Menulis sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama. Hampir seluruh novelnya
telah difilmkan. Selain novel, ia menulis cerita pendek, novelet, artikel,
skenario film. Karya-karyanya antara lain: Untaian yang Terberai, Anyelir
Merah Jambu, Putihnya Harapan, Permata, Lembah Hijau, Malam Hening Kasih
Bening, Mawar Jingga, Kembang Padang Kelabu, Kabut Sutra Ungu. Film
yang didasarkan pada karyanya yang paling populer, Kabut Sutra Ungu, meraih
beberapa piala “Citra” serta penghargaan Festival Film Asia di Bali. Sedangkan
beberapa skenario film yang ditulisnya adalah: Hati Selembut Salju, Mawar
Jingga, Hilangnya Sebuah Mahkota.
Iwan Simatupang dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, 18
Januari 1928, dan meninggal di Jakarta, 4 Agustus 1970. Sastrawan yang pernah
memperdalam antropologi dan filsafat di Belanda dan Perancis serta sempat
meredakturi Siasat dan Warta Harian. Ia dikenal dengan
novel-novelnya yang mengusung semangat eksistensialisme: Merahnya Merah (1968),
Kooong (1975; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K,
1975), Ziarah (1969), Kering (1972). Dua novel yang disebut
terakhir diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris. Cerpen-cerpennya
dikumpulkan dalam Tegak Lurus dengan Langit (1982), sedangkan
puisi-puisinya dalam Ziarah Malam (1993).
J.E. Tatengkeng dilahirkan di Sangir-Talaud, Sulawesi
Utara, 19 Oktober 1907, dan meninggal di Ujungpandang, 6 Maret 1968. Karya
masyhur salah seorang pendiri Universitas Hasanuddin dan pernah menjabat
Perdana Menteri NTT di tahun 1949 ini adalah Rindu Dendam (1934).
Kirdjomuljo dilahirkan di Yogyakarta, 1930, dan
meninggal di kota kelahirannya, 19 Januari 2000. Karya-karyanya yang sudah
diterbitkan: Romance Perjalanan I (1955), Nona Maryam (1955), Penggali
Kapur (1956), Penggali Intan (1957), Dari Lembah Pualam
(1967), Di Saat Rambutnya Terurai (1968), Cahaya di Mata Emi
(1968), Romansa Perjalanan (1976). Karya-karyanya dapat ditemukan pula
dalam Tugu (1986) dan Tonggak 2 (1987), keduanya dieditori
Linus Suryadi AG.
Korrie Layun Rampan dilahirkan di Samarinda, Kalimantan Timur,
17 Agustus 1953. Pernah bekerja sebagai direktur keuangan merangkap redaktur
pelaksana majalah Sarinah. Karya-karyanya tersebar di berbagai antologi,
majalah dan surat kabar. Selain menerjemahkan karya-karya sastrawan dunia, ia
juga telah menulis sekitar 100 judul buku cerita anak-anak. Karya-karya
pentingnya antara lain: Matahari Pingsan di Ubun-ubun (1976), Upacara
(1978; novel pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1976), Cuaca
di Atas Gunung dan Lembah (1985; meraih hadiah Yayasan Buku Utama
Departemen P & K 1985), Pembicaraan Puisi Indonesia (6 jilid), Api
Awan Asap (1999), Perawan (2000), Angkatan 2000 dalam Sastra
Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2000).
Kuntowijoyo dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, 18
September 1943. Di tahun 1974 meraih MA dari Universitas Connecticut, dan
enam tahun kemudian Ph.D. dari Universitas Columbia, keduanya di Amerika
Serikat. Dikenal sebagai sejarawan, novelis, penulis cerpen, esais, dan
penyair. Karya-karyanya antara lain: Kereta Api yang Berangkat Pagi
Hari (1966), Rumput-rumput Danau Bento (1969), Tidak Ada Waktu
bagi Nyonya Fatma (1972), Barda dan Cartas (1972), Topeng Kayu
(1973; mendapat hadiah kedua Sayembara Penulisan Lakon DKJ 1973), Isyarat (1976),
Suluk Awang Uwung (1976), Khotbah di Atas Bukit (1976), Dinamika
Umat Islam Indonesia (1985), Budaya dan Masyarakat (1987), Paradigma
Islam, Interpretasi untuk Aksi (1991), Radikalisasi Petani (1993),
Dilarang Mencintai Bunga-bunga (1993), Pasar (1995). Kedua cerpennya
dijadikan dua judul buku antologi cerpen penting: Laki-laki yang Kawin dengan
Peri dan Sampan Asmara (masing-masing cerpen terbaik harian Kompas
1994 dan 1995).
Leon Agusta dilahirkan di Sangiran, Maninjau, Sumatera
Barat, 5 Agustus 1938. Karya-karyanya: Monumen Safari (1966), Catatan
Putih (1976), Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978), Hukla (1979),
Berkemah dengan Putri Bangau (1981), Hedona dan Masochi (1984).
LK Ara lahir di Takengon, Aceh, 1937.
Karya-karyanya: Angin Laut Tawar (1969), Saefuddin Kadir Tokoh Drama
Gayo (1971), Serangkum Saer Gayo (1980), Namaku Bunga (1980),
Anggrek Berbunga (1982), dan lain-lain. Bersama Taufiq Ismail menyunting
Antologi Sastra Aceh, Seulawah (1995).
M. Fudoli Zaini dilahirkan di Sumenep, Madura, 8 Juni
1942. Meraih M.A. dan Ph. D. di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Karya-karyanya: Lagu dari Jalanan (1982), Potret Manusia (1983), Kota
Kelahiran (1985; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P &
K, 1985), Arafah (1985), Batu-batu Setan (1994). Cerita pendeknya
terdapat pula dalam Antologi Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968; H.B.
Jassin [ed.]), Laut Biru Langit Biru (1977; Ajip Rosidi [ed.]).
M. Saribi Afn dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 15
Desember 1936. Ia pernah menjadi redaktur majalah Konfrontasi, Gema Islam,
Panji Masyarakat, harian Abadi. Sajaknya, “Hari Ini adalah Hari yang
Penuh dengan Rahmat dan Ampunan”, meraih hadiah majalah Sastra
(1962). Karya-karyanya terkumpul dalam Gema Lembah Cahaya (1962), Manifestasi
(1963; [ed.]), dan diangkat pula ke dalam Angkatan 66: Prosa dan Puisi
(1968; H.B. Jassin [ed.]) dan Tonggak 2 (1987; Linus Suryadi AG [ed.]).
Mansur Samin dilahirkan di Batangtoru, Sumatera Utara,
29 April 1930. Ia banyak menulis drama dan cerita anak-anak. Karya-karyanya: Perlawanan
(1966), Kebinasaan Negeri Senja (1968), Tanah Air (1969), Dendang
Kabut Senja (1988), Sajak-sajak Putih (1996), Sontanglelo (1996),
Srabara (1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak, yaitu:
Hadiah Alam, Hidup adalah Kerja, Kesukaran Terkalahkan, Percik Air Batang Toru,
Warna dan Kasih, dan Urip yang Tabah.
Marah Rusli dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 7
Agustus 1889, dan meningal di Bandung, 17 Januari 1968. Novelnya yang masyhur, Sitti
Nurbaya hingga 1996 telah 22 kali dicetak ulang. Karya-karyanya yang lain: La
Hami (1952), Anak dan Kemenakan (1956), otobiografi Memang Jodoh,
dan novel terjemahan Gadis yang Malang (1922; Charles Dickens).
Mochtar Lubis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 7
Maret 1922. Mantan wartawan LKBN Antara ini memimpin harian Indonesia
Raya sejak 1951 hingga koran tersebut dilarang terbit pada 1974. Karena
tulisan-tulisannya di surat kabar itu pula, selama sepuluh tahun (1956-66) ia
ditahan Pemerintah Orde Lama. Sejak 1966, ia memimpin majalah sastra Horison.
Ketua Yayasan Indonesia ini adalah penerima Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah
Filipina (1958), Pena Emas dari World Federation of Editor and Publisher
(1967), dan Hadiah Sastra Chairil Anwar (1992) dari Dewan Kesenian Jakarta.
Kumpulan cerita pendek dan novel-novelnya adalah: Si Jamal dan Cerita-cerita
Lain (1951), Perempuan (1956; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN
1955-56), Kuli Kontrak (1982), Bromocorah (1983), Tak Ada Esok
(1951), Jalan Tak Ada Ujung (1952; memperoleh Hadiah Sastra Nasional
BMKN 1952), Tanah Gersang (1966), Senja di Jakarta (1970), Harimau!
Harimau! (1975; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K
1975), Maut dan Cinta (1977). Karya-karya terjemahannya: Tiga Cerita
dari Negeri Dolar (1950; John Steinbeck, Upton Sinclair, John Russel), Orang
Kaya (1950; F. Scott Fitzgerald), Yakin (1950; Irwin Shaw), Kisah-kisah
dari Eropah (1952), dan Cerita dari Tiongkok (1953).
Mohammad Diponegoro dilahirkan di Yogyakarta, 28 Juni 1928,
dan meninggal di kota yang sama, 9 Mei 1982. Karya-karya pendiri dan pemimpin
Teater Muslim yang pernah menjadi Wakil Pimpinan Umum/Wakil Pemimpin Redaksi Suara
Muhammadiyah (1975-82) ini antara lain: Surat pada Gubernur, Kabar
Wigati dan Kerajaan (1977), Duta Islam untuk Dunia Modern (1983;
bersama Ahmad Syafii Maarif), Iblis (1983), Percik-percik Pemikiran
Iqbal (1983), Siasat (1984), Yuk, Nulis Cerpen, Yuk (1985), Odah
dan Cerita Lainnya, dan antologi puisi Manifestasi (1963).
Motinggo Busye dilahirkan di Kupangkota, Lampung, 21
November 1937, dan meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. Menulis banyak novel,
menyutradarai film, dan melukis. Karya-karyanya antara lain: drama Malam
Jahanam (1958; memenangkan hadiah pertama Sayembara Penulisan Drama
Departemen P & K 1958), novel Malam Jahanam (1962), Badai Sampai
Sore (1962), Tidak Menyerah (1962), Keberanian Manusia (1962),
1949 (1963), Bibi Marsiti (1963), Hari Ini Tidak Ada Cinta (1963),
Perempuan Itu Bernama Barabah (1963), Dosa Kita Semua (1963), Tiada
Belas Kasihan (1963), Nyonya dan Nyonya (1963), Sejuta Matahari (1963),
Matahari dalam Kelam (1963), Nasehat untuk Anakku (1963), Malam
Pengantin di Bukit Kera (1963), Cross Mama (1966), Tante Maryati (1967),
Sri Ayati (1968), Retno Lestari (1968), Dia Musuh Keluarga (1968),
Madu Prahara (1985). Cerita pendeknya, “Dua Tengkorak Kepala”, terpilih
sebagai cerpen terbaik Kompas dan dipublikasikan dalam kumpulan cerita
pendek berjudul sama (2000).
Muhammad Ali dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, 23
April 1927, dan meninggal di kota itu juga, 2 Juni 1998. Menulis sejak 1942.
Tulisan-tulisannya terdiri dari novel, cerita pendek, puisi, drama.
Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain: 5 Tragedi (1952), Kubur
Tak Bertanda (1953), Siksa dan Bayangan (1954), Di Bawah Naungan
Al-Qur`an (1957), Hitam Atas Putih (1959), Si Gila (1969), Kembali
kepada Fitrah (1969), Qiamat (1971), Bintang Dini (1975), Buku
Harian Seorang Penganggur (1976), Nyanyian Burdah (1980), Teknik
Penghayatan Puisi (1983).
Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat,
23 Agustus 1903, dan meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962. Menulis (dan
menerjemahkan) karya sastra dan sejarah dalam berbagai bentuk: puisi, drama,
biografi. Antara lain: Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darahku
(1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932), Ken Arok dan Ken
Dedes (1934), Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara (1945), Menantikan
Surat dari Raja (1928; Rabindranath Tagore), Di Dalam dan di Luar
Lingkungan Rumah Tangga (1933), Pangeran Dipanegara (1950), Lukisan
Revolusi (1950), Julius Caesar (1951; William Shakespeare).
Puisi-puisi penyair yang memperkenalkan soneta ke dalam khasanah puisi
Indonesia ini dapat ditemukan pula dalam Antologi Pujangga Baru: Prosa dan
Puisi (1963; H.B. Jassin [ed.]), Tonggak (1987; Linus Suryadi AG
[ed.]).
Mustofa Bisri dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944.
Sering menggunakan nama samaran M. Ustov Abi Sri. Lulusan Universitas Al-Azhar
(Kairo, Mesir) ini kerap mengikuti forum baca puisi, termasuk di Festival
Mirbid X di Irak. Karya-karyanya dimuat dalam sejumlah antologi puisi bersama,
antara lain: Puisi Syukuran Tutup Tahun 1989; Bosnia Kita; Parade Puisi
Indonesia; Antologi Puisi Jawa Tengah. Kumpulan puisi tunggalnya adalah: Ohoi;
Tadarus; dan Pahlawan dan Tikus.
N. Riantiarno dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 6 Juni
1949. Peserta International Writing Program di Iowa University, Amerika
Serikat, pada 1978 yang dikenal pula sebagai pendiri dan pemimpin Teater Koma
ini, membidani kelahiran majalah Zaman dan terakhir memimpin majalah Matra.
Karya-karyanya antara lain Opera Kecoa, Ranjang Bayi dan Percintaan
Senja (kedua novel yang disebut terakhir masing-masing memenangkan
sayembara majalah Femina dan Kartini), Semar Gugat (1995),
Cinta Yang Serakah (1978).
Nasjah Djamin dilahirkan di Perbaungan, Sumatera Utara,
24 Desember 1924, dan meninggal di Yogyakarta, 4 September 1997. Penerima
Anugerah Seni Pemerinta RI di tahun 1970 yang sebelum menjadi redaktur Budaya
dan bekerja di Bagian Kesenian Departemen P & K di Yogyakarta, hingga
pensiunnya, pernah ikut mendirikan Angkatan Seni Rupa di Medan (1945) dan
Gabungan Pelukis Indonesia di Jakarta (1948). Karya-karyanya antara lain: Titik-titik
Hitam (1956), Sekelumit Nyanyian Sunda (1958; memenangan Hadiah
Sastra nasional BMKN 1957-58), Hilanglah si Anak Hilang (1963), Helai-helai
Sakura Gugur (1964), Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968), Dan
Senja Pun Turun (1982), Ombak Parangtritis (1983; mendapat Hadiah
Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1983), Bukit Harapan (1984;
pemenang hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980).
Nh. Dini dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, 29
Februari 1936. Karya-karyanya: Dua Dunia (1956), Hati yang Damai (1961),
Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Keberangkatan (1977),
Namaku Hiroko (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang
Ilalang di Belakang Rumah (1979), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979),
Sekayu (1981), Amir Hamzah Pangeran dari Seberang (1981), Kuncup
Berseri (1982), Tuileries (1982), Segi dan Garis (1983), Orang-orang
Tran (1985), Pertemuan Dua Hati (1986), Jalan Bandungan (1989),
Liar (1989; perubahan judul kumpulan cerita pendek Dua Dunia), Istri
Konsul (1989), Tirai Menurun (1995), Panggilan Dharma Seorang
Bhikku Riwayat Hidup Saddhamma Kovida Vicitta Bhanaka Girirakkhitto Mahathera (1996),
Kemayoran (2000).
Nugroho Notosusanto dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah 15 Juli
1931, dan meninggal di Jakarta, 2 Juni 1985. Karya-karya sastrawan dan
sejarawan yang pernah menjabat Rektor Universitas Indonesia (1982-85) dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1983-85) ini antara lain: Hujan
Kepagian (1958), Tiga Kota (1959), Rasa Sayang (1961), Hijau
Tanahku Hijau Bajuku (1963), Norma-norma dasar Penelitian Sejarah
Kontemporer (1978), Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang (1979),
Sejarah dan Sejarawan, Tercapainya Konsesus Nasional 1966-1969 (1985), Sejarah
Nasional Indonesa I-IV (bersama Marwati Djoened Poesponegoro), dan sejumlah
karya terjemahan.
Nur Sutan Iskandar dilahirkan di Maninjau, Sumatera Barat, 3
November 1893, dan meninggal di Jakarta, 28 November 1975. Menulis novel Apa
Dayaku karena Aku Perempuan (1922), Karam dalam Gelombang
Percintaan (1924; ditulis bersama Abd. Ager). Cinta yang Membawa Maut
(1926; ditulis bersama Abd. Ager), Salah Pilih (1928), Karena Mentua
(1932), Tuba Dibalas dengan Air Susu (1933; ditulis bersama Asmaradewi);
Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935), Dewi
Rimba (1935; ditulis bersama M. Dahlan), Neraka Dunia (1937), Cinta
dan Kewajiban (1940; ditulis bersama L. Wairata), Cinta Tanah Air
(1944), Mutiara (1946), Cobaan (1946), Jangir Bali (1946),
Pengalaman Masa Kecil (1949), dan Turun ke Desa (1949). Ia
pun menerjemahkan sejumlah karya sastra dunia, yaitu: Tiga Panglima Perang
(1925; Alexander Dumas), Belut Kena Ranjau (1925; Baronese Orczy), Anjing
Setan (1928; A. Conan Doyle), Graaf de Monte Cristo (1929; 6 jilid,
Alexander Dumas), Anak Perawan di Jalan Sunyi dan Rahasia Seorang
Gadis (1929; A. Conan Doyle, diterjemahkan bersama K. St. Pamoentjak), Gudang
Intan Nabi Sulaiman (1929; H. Rider Haggard), Memperebutkan Pusaka Lama (1932;
Edward Keyzer), Iman dan Pengasihan (1933; Henryk Sienkiewicz), dan Cinta
dan Mata (tt; Rabindranath Tagore).
Piek Ardijanto Soeprijadi dilahirkan di Magetan, Jawa Timur, 12
Agustus 1929. Karya-karya penyair yang mengabdikan sebagian besar usianya
sebagai seorang guru ini antara lain: Burung-burung di Ladang (1983), Percakapan
Cucu dengan Neneknya (1983), Desaku Sayang (1983), Lagu Bening
dari Rawa Pening (1984; mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P
& K 1984), Menyambut Hari Sumpah Pemuda (1984), Lelaki di
Pinggang Bukit (1984), Nelayan dan Laut (1995), Biarkan Angin Itu
(1996). Selain itu, dimuat pula dalam antologi Angkatan 66: Prosa dan
Puisi (1968; H.B. Jassin [ed.]), Tonggak 2 (1987; Linus Suryadi AG
[ed.]).
Pramudya Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6
Februari 1925. Novelis Indonesia paling produktif dan terkemuka yang pernah
meredakturi ruang kebudayaan “Lentera” Harian Rakyat (1962-65) dan dosen
di Universitas Res Publica Jakarta ini, setelah peristiwa G30S/PKI ditahan di
Jakarta dan Pulau Buru sebelum akhirnya dibebaskan pada 1979. Karya-karyanya
telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, antara lain: Inggris, Perancis,
Jerman, Rusia, Jepang. Novel-novelnya yang telah diterbitkan: Kranji-Bekasi
Jatuh (1947), Perburuan (1950; pemenang Hadiah Pertama Sayembara
Balai Pustaka 1949), Keluarga Gerilya (1950), Mereka yang Dilumpuhkan
(1951), Bukan Pasar Malam (1951), Di Tepi Kali Bekasi (1951), Gulat
di Jakarta (1953), Maidah, Si Manis Bergigi Emas (1954), Korupsi
(1954), Suatu Peristiwa di Banten Selatan (1958; menerima Hadiah Sastra
Yayasan Yamin 1964, dan ditolak pengarangnya), Bumi Manusia
(1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), Gadis
Pantai (1985), Rumah Kaca (1987), Arus Balik (1995), Arok
Dedes (1999). Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dalam: Subuh
(1950), Percikan Revolusi (1950), Cerita dari Blora (1952;
memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN 1952), Cerita dari Jakarta (1957;
meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58, dan ditolak oleh penulisnya).
Sedangkan karya-karya terjemahannya antara lain: Tikus dan Manusia
(1950; John Steinbeck), Kembali kepada Cinta Kasihmu (1950; Leo
Tolstoy), Perjalanan Ziarah yang Aneh (1956; Leo Tolstoy), Kisah
Seorang Prajurit Soviet (1956; Mikhail Solokhov), Ibu (1956; Maxim
Gorky), Asmara dari Rusia (1959; Alexander Kuprin), Manusia Sejati
(1959; Boris Pasternak). Selain itu, ia juga menulis memoar, esai, dan
biografi.
Putu Wijaya dilahirkan di Tabanan, Bali, 11 April 1944.
Karya-karya dramawan dan penulis cerita pendek paling produktif di Indonesia
yang atas undangan Fulbright pernah mengajar di Amerika Serikat antara 1985-89
antara lain: Telegram (1972; novel yang memenangkan hadiah Sayembara
Mengarang Roman DKJ 1971), Stasiun (1977; novel pemenang hadiah
Sayembara Mengarang Roman DKJ 1971), Dar-Der-Dor (1996), Aus (1996),
Zigzag (1996), Tidak (1999). Sejumlah karyanya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Rusia, Perancis, Jerman,
Jepang, Arab, dan Thailand. Pada tahun 1991, atas prestasi dan pencapaiannya
dalam bidang kebudayaan, ia menerima Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Rahim Qahhar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 29
Juni 1943. Menulis puisi, cerita pendek, drama, novel, dan skenario televisi.
Karya-karyanya: Mabukku pada Bali (1983), Abraham ya Abraham (1984),
Langit Kirmizi (1987; terbit di Malaysia), Melati Merah (1988;
terbit di Malaysia), Sajak Buat Saddam Husein (1991). Selain itu,
karyanya dimuat pula dalam sejumlah antologi penting, antara lain: Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991; Suratman Markasan [ed.]).
Ramadhan KH dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 16
Maret 1927. Mantan redaktur majalah Kisah, Siasat Baru, dan Budaya
Jaya yang banyak menulis buku biografi dan pernah lama mukim di luar negeri
ini adalah penulis kumpulan puisi Priangan si Jelita (1958; memenangkan
Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58), dan novel-novel Kemelut Hidup
(1976; pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ 1974), Keluarga Permana
(1978; pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ 1976). Novelnya yang lain, Ladang
Perminus, membawa pengarang ini ke Thailand, menerima SEA Write Award 1993.
Rayani Sriwidodo dilahirkan di Kotanopan, Sumatera Utara 6
November 1946. Cerpennya “Balada Satu Kuntum” memperoleh penghargaan Nemis
Prize dari Pemerintah Chile (1987). Karya-karya alumna Iowa Writing Program,
Iowa University, Amerika Serikat ini antara lain: Pada Sebuah Lorong (1968;
bersama Todung Mulya Lubis), Kereta Pun Terus Berlalu, Percakapan Rumput,
Percakapan Hawa dan Maria (1989), Balada Satu Kuntum (1994), Sembilan
Kerlip Cermin (2000).
Rendra dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 7
November 1935. Sepulang memperdalam pengetahuan drama di American Academy of
Dramatical Arts, ia mendirikan Bengkel Teater. Sajak-sajaknya mulai dikenal
luas sejak tahun 1950-an. Antara April-Oktober 1978 ditahan Pemerintah Orde
Baru karena pembacaan sajak-sajak protes sosialnya di Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. Kumpulan puisinya: Balada Orang Tercinta (1956; meraih Hadiah
Sastra Nasional BMKN 1955-56), Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues
untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret
Pembangunan dalam Puisi (1983), Disebabkan oleh Angin (1993), Orang-orang
Rangkasbitung (1993), Perjalanan Bu Aminah (1997), Mencari Bapak (1997).
Buku-buku puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu: Indonesian
Poet in New York (1971; diterjemahkan Harry Aveling, et.al.), Rendra:
Ballads and Blues (1974; Harry Aveling, et.al.), Contemporary
Indonesian Poetry (1975; diterjemahkan Harry Aveling). Ia pun menerjemahkan
karya-karya drama klasik dunia, yaitu: Oidipus Sang Raja (1976), Oidipus
di Kolonus (1976), Antigone (1976), ketiganya karya Sophocles, Informan
(1968; Bertolt Brecht), SLA (1970; Arnold Pearl). Pada 1970,
Pemerintah RI memberinya Anugerah Seni, dan lima tahun setelah itu, ia
memperoleh penghargaan dari Akademi Jakarta.
Rusli Marzuki Saria dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat,
26 Februari 1936. Karya-karyanya: Pada Hari Ini pada Jantung Hari (1966),
Monumen Safari (1966; dengan Leon Agusta), Ada Ratap Ada Nyanyi (1976),
Sendiri-sendiri Sebaris-sebaris dan Sajak-sajak Bulan Februari (1976), Tema-tema
Kecil (1979), Sembilu Darah (1995), Parewa, Sajak dalam Lima
Kumpulan (1988). Manuskrip esainya: Monolog dalam Renungan.
Rustam Effendi dilahirkan di Padang, 13 Mei 1903, dan
meninggal di Jakarta, 24 Mei 1979. Bebasari yang ditulisnya pada 1926
merupakan drama bentuk baru dalam sastra Indonesia. Selain itu ia menulis
kumpulan puisi Percik Permenungan (1926) dan Van Moskow naar Tiflis
(tt.)
Saini K.M. dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat, 16 Juni
1938. Penyair yang bertahun-tahun mengasuh rubrik “Pertemuan Kecil” di Pikiran
Rakyat Bandung ini terakhir menjabat Direktur Jenderal Kesenian Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sejumlah penyair yang lahir dan berkembang dari
kelembutan dan ketajaman kritiknya di “Pertemuan Kecil” antara lain: Sanento
Yuliman, Acep Zamzam Noor, Agus R. Sarjono, Soni Farid Maulana, Beni Setia,
Cecep Syamsul Hari. Karya-karyanya meliputi puisi, karya sastra drama, dan
esai, di antaranya: Pangeran Sunten Jaya (1973), Ben Go Tun
(1977), Egon (1978), Serikat Kaca Mata Hitam (1979), Sang
Prabu (1981), Kerajaan Burung (1980; pemenang Sayembara Direktorat
Kesenian Depdikbud), Sebuah Rumah di Argentina (1980), Pangeran
Geusan Ulun (1963), Nyanyian Tanah Air (1968), Puragabaya
(1976), Siapa Bilang Saya Godot (1977), Restoran Anjing (1979), Rumah
Cermin (1979), Beberapa Gagasan Teater (1981), Panji Koming
(1984), Beberapa Dramawan dan Karyanya (1985), Ken Arok (185), Apresiasi
Kesusastraan (1986; bersama Jakob Sumardjo [ed.]), Protes Sosial dalam
Sastra (1986), Teater Modern Indonesia dan Beberapa Masalahnya
(1987), Sepuluh Orang Utusan (1989), Puisi dan Beberapa Masalahnya
(1993; Agus R. Sarjono [ed.]). Buku terakhirnya yang merupakan seleksi dari
seluruh kumpulan puisinya yang sudah maupun yang belum dipublikasikan adalah Nyanyian
Tanah Air (2000).
Sanento Yuliman dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 14
Juli 1941, dan meninggal di Bandung, 14 Juli 1992. Pada 1981 menyelesaikan
program doktoralnya di Ecole de Hautes Etudes en Science Sociale, Paris,
Perancis. Penyair yang juga dikenal sebagai penulis esai dan kritikus seni rupa
yang disegani ini pernah menjadi redaktur Mahasiswa Indonesia, majalah
sastra Horison (1971-73), dan Aktuil, khususnya untuk ruang
“Puisi Mbeling”. Puisi-puisinya diangkat Ajip Rosidi ke dalam Laut
Biru Langit Baru (1977). Karya-karyanya antara lain: Seni Rupa Indonesia
(1976), G. Sidharta di Tengah Seni Rupa Indonesia (1981; bersama Jim
Supangkat).
Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara,
14 November 1905, dan meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968. Antara tahun
1931-41, pernah menjadi redaktur di majalah Timbul, harian Kebangunan,
dan Balai Pustaka. Karya-karyanya meliputi puisi, drama, sejarah, dan
terjemahan: Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927), Airlangga
(1928), Burung Garuda Terbang Sendiri (1929), Madah Kelana
(1931), Kertajaya (1932), Sandyakalaning Majapahit (1933), Manusia
Baru (1940), Sejarah Indonesia (1942), Indonesia Sepanjang Masa
(1952), Bunga Rampai dari Hikayat Lama (1946; terjemahan dari bahasa
Kawi), Arjuna Wiwaha (1940; Mpu Kanwa, diterjemahkan dari bahasa Kawi), Gamelan
Jiwa (1960).
Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret
1940. Puisi-puisi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak 1975
dan pernah aktif sebagai redaktur majalah sastra-budaya Basis, Horison,
Kalam, Tenggara (Malaysia) ini adalah: Duka-Mu Abadi (1969), Mata
Pisau (1974), Perahu Kertas (1983; mendapat Hadiah sastra DKJ 1983),
Sihir Hujan (1984; pemenang hadiah pertama Puisi Putera II Malaysia
1983), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api
(2000). Sedangkan karya-karya sastra dunia yang diterjemahkannya: Lelaki Tua
dan Laut (1973; Ernest Hemingway), Sepilihan Sajak George Seferis (1975),
Puisi Klasik Cina (1976), Lirik Klasik Parsi (1977), Afrika
yang Resah (1988; Okot p’Bitek).
Satyagraha Hoerip dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur, 7
April 1934, dan meninggal di Jakarta, 14 Oktober 1998. Tahun 1972-73, ia
mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat,
dan pernah menjadi dosen tamu di universitas-universitas di Amerika dan Jepang.
Karya-karyanya antara lain: Bisma Baneng Mayapada (1960), Sepasang
Suami Isteri (1964), Antologi Esai tentang Persoalan Sastra (1969), Cerita
Pendek Indonesia 1-3 (1979), Jakarta: 30 Cerita Pendek Indonesia 1-3 (1982),
Palupi (1970), Keperluan Hidup Manusia (1963; terjemahan dari Leo
Tolstoy), Tentang Delapan Orang (1980), Sesudah Bersih Desa (1990),
Sarinah Kembang Cikembang (1993).
Selasih dilahirkan di Talu, Sumatera Barat, 31 Juli
1909, dam meninggal pada usia 86 tahun. Sastrawan yang pernah menjadi Ketua
Jong Islamieten Bond Bukittingi (1928-30) dikenal pula sebagai Sariamin atau
Seleguri. Karya-karyanya: Kalau Tak Untung (1933), Pengaruh Keadaan (1937),
Rangkaian Sastra (1952), Panca Juara (1981), Nakhoda Lancang
(1982), Cerita Kak Mursi, Kembali ke Pangkuan Ayah (1986), dan dimuat
pula dalam Puisi Baru (1946; Sutan Takdir Alisjahbana [ed.]), Seserpih
Pinang Sepucuk Sirih (1979; Toeti Heraty [ed.]), Ungu: Antologi Puisi
Wanita Penyair Indonesia (Korrie Layun Rampan [ed.]).
Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston, Amerika Serikat, 19
Juni 1958. Karya-karya penulis cerita pendek yang sejak 1985 bekerja di majalah
Jakarta Jakarta ini antara lain: Mati Mati Mati (1978), Bayi
Mati (1978), Catatan Mira Sato (1978), Manusia Kamar (1978), Penembak
Misterius (1993), Saksi Mata (1994; kumpulan cerita pendek terbaik
versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI 1994), Dilarang
Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Negeri Kabut (1996), Jazz,
Parfum, dan Insiden (1992). Cerpennya, “Pelajaran Mengarang”, dipilih
sebagai cerpen terbaik Kompas 1992, dan cerpen-cerpennya yang lain
hampir setiap tahun terpilih masuk dalam antologi cerpen terbaik surat kabar
itu. Pada 1995 ia memperoleh penghargaan SEA Write Award.
Slamet Sukirnanto dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 3 Maret
1941. Karya-karya penyair yang mantan Ketua Presidium KAMI pusat ini adalah: Jaket
Kuning (1967), Kidung Putih (1967), Sumur Tanpa Dasar (1971),
Kasir Kita (1972), Pemberang (1972), Tengul (1973), Orkes
Madun (1974), Gema Otak Terbanting (1974), Bunga Batu (1979),
Catatan Suasana (1982), dan Luka Bunga (1993).
SN Ratmana dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, 6
Maret 1936. Tulisan-tulisannya dimuat di Sastra, Horison, Kompas, dan
lain-lain. Karya-karyanya yang sudah dibukukan: Sungai, Suara, dan Luka
(1981), Asap itu Masih Mengepul (1977). Karyanya dimuat pula dalam
antologi cerpen pemenang Sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep, Dari
Jodoh sampai Supiyah (1975).
Sori Siregar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 12
November 1939. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa University,
Amerika Serikat pada 1970-71, dan pernah bekerja antara lain di BBC London, Radio
Suara Malaysia, Matra, Forum Keadilan. Karya-karyanya: Dosa atas Manusia
(1967), Pemburu dan Harimau (1972), Senja (1979), Wanita Itu
adalah Ibu (1979; novel pemenang hadiah perangsang kreasi Sayembara
Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1978), Di Atara Seribu Warna (1980),
Susan (1981), Awal Musim Gugur (1981), Reuni (1982), Telepon
(1982; pemenang hadiah harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ 1979); Penjara (1992),
Titik Temu (1996). Di samping itu ia banyak menerjemahkan karya sastra
asing ke dalam bahasa Indonesia, baik novel, cerita pendek, maupun drama.
Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 1
Februari 1924, dan meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995. Peraih M.A. dari
Departement of Comparative Literature, Yale University, Amerika Serikat ini
pernah mengajar di beberapa sekolah menengah di Yogyakarta, Fakultas Sastra
UGM, SESKOAD Bandung, Salisbury Teachers College, dan Flinders University,
Australia. Cerpennya, “Kejantanan di Sumbing” dan puisinya, “Dan Kematian Makin
Akrab”, masing-masing meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison.
Kumpulan puisinya, Daerah Perbatasan membawanya menerima Anugerah Seni
dari Pemerintah RI (1971), sementara Sastra Hindia Belanda dan Kita
mendapat Hadiah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta, dan bukunya yang lain, Simfoni
Dua, mengantarkannya ke Kerajaan Thailand, menerima Anugerah SEA Write
Award. Karya-karyanya yang berupa puisi, esai, dan kritik, diterbitkan dalam: Simphoni
(1957), Kejantanan di Sumbing (1965), Daerah Perbatasan (1970), Bakat
Alam dan Intelektualisme (1972), Keroncong Motinggo (1975), Buku
Harian (1979), Sosok Pribadi dalam Sajak (1980), Hari dan Hara
(1979), Sastra Hindia Belanda dan Kita (1983), Pengarang Modern
sebagai Manusia Perbatasan (1992), Dan Kematian Makin Akrab (1995).
Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, Sumatera Utara, 11
Februari 1908, dan meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994. Penerima gelar doktor
kehormatan dari Universitas Indonesia dan Universitas Sains Penang (Malaysia)
ini pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka. Ia
pendiri serta pengelola majalah Pujangga Baru. Karya-karya guru besar
dan anggota berbagai organisasi keilmuan di dalam dan luar negeri ini antara
lain: Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam
(1932), Tebaran Mega (1935), Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia
(1936), Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun
(1940), Puisi Lama (1941), Puisi Baru (1946), The Indonesian
Language and Literature (1962), Kebangkitan Puisi Baru Indonesia
(1969), Grotta Azzura (1970-71), The Failure of Modern Linguistics (1976),
Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan (1977), Dari
Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia sebagai Bahasa
Modern (1977), Lagu Pemacu Ombak (1978), Kalah dan Menang
(1978).
Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan di Rengat, Riau, 24 Juni
1941. Pada 1974-75 mengikuti International Writing Program di Iowa University,
Amerika Serikat, dan sejak 1979 hingga sekarang menjabat redaktur majalah
sastra Horison. Karya-karyanya: O (1973), Amuk (1977;
mendapat Hadiah Puisi DKJ 1976-77), Kapak (1979), O Amuk Kapak
(1981). Sejumlah puisinya diterjemahkan Harry Aveling dan dimuat dalam antologi
berbahasa Inggris: Arjuna in Meditation (1976; Calcutta). Pada 1979 ia
menerima anugerah SEA Write Award dan sembilan tahun kemudian dilimpahi
Penghargaan Sastra Chairil Anwar. Sebelumnya, peraih penghargaan tertinggi
dalam bidang kesusastraan di Indonesia itu adalah Mochtar Lubis.
Taufiq Ismail dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat,
25 Juni 1935. Penerima American Field Service International Scholarship untuk
mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57),
dan lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963).
Karya-karya penyair penerima Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970 yang juga
salah seorang pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian
Jakarta (1968) ini, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang,
Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi
(1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng
(1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi
Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku
Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi
Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia (1999). Bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad,
penyair yang tinggi sekali perhatiannya pada upaya mengantarkan sastra ke
sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi itu menerjemahkan karya penting
Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan
bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan
ini menyunting Prahara Budaya (1994).
Titie Said lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 11 Juli
1935. Lulus sarjana muda Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia
(1959). Pernah menjadi redaktur majalah Kartini dan memimpin majalah Famili.
Novel-novelnya yang telah diterbitkan antara lain: Jangan Ambil Nyawaku (1977),
Reinkarnasi, Fatima, Ke Ujung Dunia. Kumpulan cerita pendeknya: Perjuangan
dan Hati Perempuan (1962).
Titis Basino dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, 17
Januari 1939. Karya-karya novelis yang cukup produktif ini antara lain: Pelabuhan
Hati (1978), Dataran Terjal, Di Bumi Kita Bertemu, di Langit Kita Bersua
(1983), Bukan Rumahku (1986), Dari Lembah ke Coolibah (1997),
Welas Asih Merengkuh Tajali (1997), Menyucikan Perselingkuhan (1998),
Tersenyum Pun Tidak Untukku Lagi (1998), Rumah K. Seribu (1998), Aku
Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998), Mawar Hitam Milik Laras (1999),
Garis Lurus, Garis Lengkung (2000).
Toeti Heraty Noerhadi dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 27
November 1933. Sarjana Filsafat dari Rijk Universiteit Leiden ini meraih doktor
filsafatnya di Univeristas Indonesia. Karya-karyanya: Sajak-sajak 33 (1973),
Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979; [ed.]), Mimpi dan Pretensi (1982),
Aku dan Budaya (1984), Manifestasi Puisi Indonesia-Belanda (1986;
dengan Teeuw [ed.]), Wanita Multidimensional (1990), Nostalgi =
Transendensi (1995). Puisi-puisinya dimuat pula dalam Antologi Puisi
Indonesia 1997 dan Sembilan Kilap Cermin (2000).
Toha Mochtar dilahirkan di Kediri, Jawa Timur, 17
September 1926, dan meninggal di Jakarta, 17 Mei 1992. Pengarang yang di tahun
1971 bersama Julius R. Siyaranamual dan Asmara Nababan mendirikan majalah Kawanku
ini, telah melahirkan sejumlah novel: Pulang (1958; mendapat Hadiah
Sastra BMKN 1957-58), Daerah Tak Bertuan (1963; meraih Hadiah Sastra
Yamin 1964), Kabut Rendah (1968), Bukan Karena Kau (1968).
Toto Sudarto Bachtiar dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 12
Oktober 1929. Penyair yang dikenal dengan dua kumpulan puisinya: Suara
(1956; memenangkan Hadiah Sastra BMKN 1957) dan Etsa (1958) ini, juga
dikenal sebagai penerjemah yang produktif. Karya-karya terjemahannya antara
lain: Pelacur (1954; Jean Paul Sartre), Sulaiman yang Agung (1958;
Harold Lamb), Bunglon (1965; Anton Chekov, et.al.), Bayangan
Memudar (1975; Breton de Nijs, diterjemahkan bersama Sugiarta Sriwibawa), Pertempuran
Penghabisan (1976; Ernest Hemingway), Sanyasi (1979; Rabindranath
Tagore).
Umar Kayam dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur, 30 April
1932. Meraih M.A. di Universitas New York (1963), dan Ph.D. dua tahun kemudian
dari Universitas Cornell, Amerika Serikat. Guru Besar Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada hingga pensiunnya di tahun 1997 ini adalah anggota
penyantun/penasehat majalah sastra Horison sebelum mengundurkan pada 1
September 1993. Pada 1987, ia meraih SEA Write Award. Karya-karyanya: Seribu
Kunang-kunang di Manhattan (1972), Totok dan Toni (1975), Sri
Sumarah dan Bawuk (1975), Seni, Tradisi, Masyarakat (1981), Semangat
Indonesia: Suatu Perjalanan Bangsa (1985), Para Priyayi (1992; mendapat
Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K 1995), Mangan Ora Mangan Kumpul
(1990), Sugih Tanpa Banda (1994), Jalan Menikung (1999).
Cerpen-cerpen-cerpennya diterjemahkan Harry Aveling dan diterbitkan dalam Sri
Sumarah and Other Stories (1976) dan Armageddon (1976).
Umbu Landu Paranggi dilahirkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur,
10 Agustus 1943. Bersama Ragil Suwarna Pagolapati, Teguh Ranusastra Asmara,
Iman Budhi Santosa, mendirikan Persada Studi Klub, 5 Maret 1969, yang di
kemudian hari melahirkan sejumlah penyair. Karya-karya penyair yang terakhir
bekerja sebagai redaktur Bali Post ini adalah: Melodia, Maramba
Ruba, Sarang.
Upita Agustine dilahirkan di Pagaruyung, Sumatera Barat,
31 Agustus 1947. Puisi-pusinya dipublikasikan antara lain di Horison.
Karya-karyanya: Bianglala (1973), Dua Warna (1975; bersama Hamid
Jabbar), Terlupa dari Mimpi (1980), Sunting (1995; bersama Yvonne
de Fretes), selain terdapat pula dalam antologi Laut Biru Langit Biru (1977;
Ajip Rosidi [ed.]), Tonggak 3 (1987; Linus Suryadi [ed.]), Ungu:
Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (Korrie Layun Rampan [ed.]).
Utuy Tatang Sontani dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, 31 Mei
1920, dan meninggal di Moskow, Uni Soviet, 17 September 1979. Karya-karya
sastrawan anggota pimpinan LEKRA (1959-65) yang menulis novel dan banyak karya
sastra drama ini adalah: Suling (1948), Bunga Rumah Makan (1984),
Tambera (1949), Orang-orang Sial (1951), Awal dan Mira (1952;
mendapat hadiah Sastra Nasional BMKN 1953), Manusia Iseng (1953), Sangkuriang
Dayang Sumbi (1953), Sayang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada
Bintang (1955), Selamat Jalan Anak Kufur (1956), Di Muka Kaca (1957),
Saat yang Genting (1958; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58), Manusia
Kota (1961), Segumpal Daging Bernyawa (1961), Tak Pernah Menjadi
Tua (1963), Si Sapar (1964), Si Kampreng (1964), dan
terjemahan Selusin Dongeng (1949; Jean de la Fountain).
0 komentar:
Post a Comment